Yesus menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.”
Sesudah Yesus membuat mukjizat roti dan orang-orang makan dengan kenyang, mereka mencari mengharapkan mukjizat yg lain lagi dari Yesus. Tetapi harapan mereka hanya berhenti pada mukjizatNya saja. Mestinya mereka bisa melihat lebih jauh dari mukjizatNya. Sebab mukjizat itu menjadi tanda atau sarana untuk menyatakan keilahian atau kemuliaanNya Yesus. Dan itu dibuatNya supaya orang menjadi percaya kepadaNya bahwa Dia itu orang yang diutus dari Allah.
Tanda-tanda yang telah Tuhan berikan kepada kita pasti juga tidak terbilang banyaknya. Dia telah memberikan tandaNya yang terbesar yaitu wafat dan bangkitNya. Dia wafat dan bangkit untuk menyelamatkan. Maka kita pun mestinya percaya kepadaNya.
Tapi persoalannya bukan hanya percaya begitu saja. Iman itu punya tanggungjawab. Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati. Oleh karena itu siapa pun yang mengaku percaya, punya tanggungjawab untuk mewujudkannya dalam tindakan sehari-hari apalagi kita mesti menjadi serupa dengan gambaran Yesus yg kita imani itu.
Dalam perjamuan terakhir Yesus melakukan tindakan yg dramatis yaitu membasuh kaki para rasulNya, yg menggambarkan tentang tindakan kasihNya sampai sehabis-habisnya. Hal itu dilakukanNya supaya menjadi contoh bagi kita murid-muridNya. Apakah tutur kata, sikap dan perilaku kita telah menyerupai Yesus?
Saya yakin jika kita mampu menghayati cara hidup yang baik seperti yg telah ditunjukkanNya itu, orang-orang di sekitar kita pun akan mengagumi dan menerima Yesus yang menjiwai hidup kita. Semoga kita dapat menjadi orang beriman yang bisa dicontoh oleh banyak orang.
Rm. Yohanes Suratman, Pr
Komentar Terkini