Sejarah Keuskupan

Sebelum tahun 1927, wilayah yang sekarang dikenal sebagai Keuskupan Purwokerto masih bagian dari Vikariat Apostolik Batavia. Tapi di tahun itu, Paus mempercayakan pelayanan pastoral di sini kepada Kongregasi Missionaris Hati Kudus Yesus (MSC). Nah, karya misi ini dipersembahkan kepada Kristus Raja, makanya dikenal sebagai Misi Kristus Raja.

Tiga imam pertama yang datang ke wilayah ini adalah:

  • Pater BJJ. Visser, MSC

  • Pater de Lange, MSC

  • Pater B. Thien, MSC

Mereka bukan cuma datang untuk menyebarkan agama, tapi juga memperkenalkan budaya Katolik lewat pendidikan, ritual, dan kehidupan sehari-hari umat.

Budaya Kristen dalam Kehidupan Sehari-hari

Salah satu catatan menarik datang dari arsip foto dan tulisan Pater Visser. Foto-foto itu memperlihatkan momen penting dalam hidup umat: pembaptisan, pernikahan, hingga pemakaman. Artinya, sejak awal, misi ini memang menanamkan budaya Kristen dalam seluruh aspek kehidupan.

Wilayah Cakupan “Misi Kristus Raja”

Berdasarkan dokumen resmi Vatikan (1932), wilayah ini mencakup:

  • Pekalongan

  • Banyumas

  • Kedu

Serah terima paroki dari Jesuit ke MSC dimulai dari:

  • Purworejo (25 Oktober 1927)

  • Tegal (28 Oktober 1927)

  • Purwokerto (24 November 1927)

 

Kenapa Disebut “Kristus Raja”?

Ada dua alasan utama:

Hubungan dengan Paus Pius XI

Pater Visser memberi nama “Yayasan Pius” untuk mengenang Paus Pius XI, yang mendukung karya misi ini. Paus Pius XI juga menetapkan Hari Raya Kristus Raja lewat ensiklik Quas Primas (1925). Maka penamaan “Kristus Raja” sangat relevan secara spiritual dan historis.

Dokumen Pembangunan Gereja Katedral

Dalam arsip tahun 1930, ada undangan berbahasa Latin yang menyebut Gereja Katedral Purwokerto dibangun untuk menghormati Kristus Raja. Batu pertamanya diletakkan langsung oleh Pater Visser.

 

Tiga Periode Sejarah Keuskupan Purwokerto

A. Periode Pra-Misi (Sebelum 1927)

Sebelum MSC masuk, wilayah ini hanya menjadi “persinggahan” misionaris dari Batavia. Ada yang lewat dan sesekali “mampir”. Tidak ada gereja tetap. Tapi di beberapa tempat seperti Tegal dan Pekalongan, sudah mulai muncul komunitas kecil.

Catatan:

  • Paroki Gedangan Semarang dan Kidulloji Yogyakarta melayani wilayah ini.

  • Tidak ada pembangunan gereja Katolik besar di wilayah ini sebelum 1927.

 

B. Periode Misi (1927 – 1949)

Mulai 1927, MSC aktif membangun:

  • Paroki (Purworejo, Tegal, Purwokerto)

  • Sekolah (Yayasan Pius, Vackschool, Internaat)

  • Buku-buku katekese seperti Ilmoe Jang Benar (1938)

Tahun 1932, didirikan Prefektur Apostolik Purwokerto, tanda bahwa wilayah ini diakui sebagai entitas misi resmi.

C. Periode Pasca-Misi (1949 – 1961)

Tahun 1949, Mgr. W. Schoemaker dilantik sebagai Vikaris Apostolik. Mulai muncul perangkat pelayanan seperti:

  • Madjelis Aksi Katolik (MADJAKAT) – 1955

  • Seminari Purwatapa – 1951

Puncaknya, tahun 1961, Keuskupan Purwokerto resmi berdiri lewat Konstitusi Apostolik Quod Christus dari Paus Yohanes XXIII. Ini menjadi bagian dari pendirian Hirarki Gereja Katolik di Indonesia.

Uskup Keuskupan Purwokerto

  1. Mgr. W. Schoemaker, MSC (1961–1973)

  2. Mgr. Paskalis Hardjasumarta, MSC (1974–1999)

  3. Mgr. Julianus Sunarka, SJ (2000–2016)

  4. Mgr. Christophorus Tri Harsono (2018–sekarang)

 

Makna “90 Tahun Misi Kristus Raja”

Tahun 2017, Keuskupan Purwokerto merayakan 90 tahun Misi Kristus Raja. Tapi perayaan ini bukan cuma nostalgia. Ini refleksi: sejauh mana iman Katolik sudah meresap ke dalam budaya hidup umat?

Katolik bukan sekadar identitas agama, tapi cara hidup yang menyatu dalam budaya, nilai, dan keseharian. Tantangan ke depan? Menjadikan iman itu relevan di zaman digital dan terus menumbuhkan semangat misi.

Sejarah Keuskupan Purwokerto bukan cuma soal kapan dan siapa yang datang duluan. Ini cerita tentang iman yang tumbuh, berkembang, dan membentuk identitas budaya baru di tanah Jawa Tengah. Dari sebuah misi bernama “Kristus Raja” yang sederhana, kini tumbuh menjadi keuskupan yang aktif, hidup, dan terus berjalan di tengah masyarakat modern.