“Percayalah kepaa-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku, atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada itu” (Yoh 14:1-12)

     Soal “percaya” menjadi mahal untuk saat ini. Belum lagi untuk bisa dipercaya. Percaya bukan perkara mudah. Bahkan sering kita mendengar: “orang jauh lebih percaya dengan tindakan yang sudah dilakukan, daripada kata-kata yang dikeluarkan”. Seorang ahli, Steve Tesich, dramawan keturunan Amerika-Serbia, menilai dunia kita sekarang ini memasuki Post-Truth Era. Istilah ini mau menunjukkan adanya ketimpangan antara fakta-fakta obyektif dengan opini yang berbau provokasi. Orang menjadi sulit membuat batas pembedaan mana yang benar, mana yang keliru. 

     Rasul Filipus pun ternyata jauh  lebih dulu mengalami bagaimana ia gamang akan kehadiran Yesus. Sampai-sampai Yesus bertanya balik kepadanya, “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku?”. Hal ini menunjukkan kepada kita dua hal:

     Pertama, kepercayaan didasari pengenalan pribadi secara mendalam. Filipus memang bersama-sama dengan Yesus. Tetapi rupanya ia tidak sungguh mengenal secara mendalam siapa pribadi Yesus bagi hidupnya. Pengenalan yang sifatnya luaran, rupanya membuat kesan dan pengalaman terhadap pribadi Yesus juga dangkal, tidak sesuai dengan yang diharapkan Yesus.

     Kedua, kunci untuk menumbuhkan sebuah kepercayaan adalah keteladan. Keteladan itu sendiri adalah kesaksian hidup yang diwujudkan dalam bentuk tindakan. Maka dari itu, Yesus meminta kepada Filipus untuk melihat pekerjaan-pekerjaan yang dibuat oleh Yesus. Bukan pertama-tama sebagai bukti kebenaran bahwa yang dikatakan Yesus berasal dari Bapa, tetapi lebih dari itu, undangan pribadi untuk ikut terlibat melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dikehendaki oleh Bapa. Di titik inilah Filipus gamang karena tidak mampu membedakan fakta obyektif tindakan Yesus, dengan opini pribadinya bahwa Yesus bisa menunjukkan Bapa secara kasat mata.

     Semoga kita semua pun berani memilih percaya. Sebab untuk percaya butuh sebuah keputusan yang berangkat dari dorongan pribadi untuk jauh lebih mengenal dan bertindak sesuai dengan apa yang sudah dikenali dan berbuah nyata.

Dkn. Fikalis Rendy Aktor