Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging adalah daging dan apa yang dilahirkan dari Roh adalah roh (ay 5-6).

    Dilahirkan dari air dan Roh adalah gambaran mengenai pembaptisan. Dengan dibaptis, seseorang dianugerahi Roh Kudus supaya ia menjadi manusia baru. Ia diangkat menjadi anak Allah. Hidupnya dijiwai dengan martabat ilahi dan dosa-dosanya diampuni, baik dosa asal maupun dosa yg ia lakukan secara pribadi. Dengan demikian ia dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah dan hidup bersatu dengan Allah.

      Hidup baru dalam Roh ini dibicarakan oleh Yesus dihadapan Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. Seseorang tidak cukup hanya tahu dan kagum pada Tuhan. Ia perlu juga dihidupi oleh Tuhan sendiri agar bisa hidup secara baru. Nikodemus memang mengagumi Yesus sebagai guru yang datang dari Allah dan sebagai pembuat mukjizat. Ia diajak berani mempercayakan hidupnya kepadaNya. Memang tidak ada cerita secara eksplisit bahwa ia menjadi murid Yesus namun ia membela Yesus di hadapan Sanhedrin (Yoh 7,50) dan ikut ambil bagian dalam penguburan Yesus (Yoh 19,39). Hidup barunya pun mulai tampak ketika ia mengikuti perjalanan Yesus.

      Kita yang sudah dibaptis, mestinya juga sudah dilahirkan dari Roh Kudus. Kita mestinya tidak hanya menjadi orang yang tahu banyak hal mengenai Tuhan tapi juga diharapkan mau dihidupi oleh pengetahuan kita mengenai Tuhan itu sehingga martabat kita sebagai anak-anak Allah sungguh nyata dan dapat dirasakan oleh orang lain. Mungkin tidak perlu dengan cara-cara yang heroik jika untuk menghayati hal seperti itu tidak mungkin kita lakukan. Menjadi anak-anak Allah bisa kita lakulan ketika kita mau ambil bagian dalam kesulitan atau kesusahan orang lain. Mau direpotin dan siap sedia membantu orang yang sedang membutuhkan diri kita.

      Sudah pantaskah aku menjadi anak Allah jika cara hidupku aku jalani seperti ini?

Rm. Yohanes Suratman, Pr