Hari ini kita merayakan hari Kamis Putih. Suatu perayaan yang sangat penting bagi kita karena pada hari ini makna Ekaristi diperlihatkan secara paling sempurna.

      Dalam perayaan Kamis Putih, Yesus merayakan perjamuan Paskah bersama para rasulNya sebagai kenangan akan pembebasan dari perbudakan dan sekaligus penetapan perjanjian yang baru.

     Dalam perjamuan itu Yesus memberikan tubuh dan darahNya sendiri dalam rupa roti anggur seperti dikatakan oleh Paulus. “Pada malam Ia diserahkan, Tuhan Yesus mengambil roti… dan berkata, “Inilah tubuhKu yang diserahkan bagi kamu…”. Demikian juga Ia mengambil cawan sesudah makan lalu berkata, “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darahKu, perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku”. Jadi perjamuan malam yang Yesus rayakan itu adalah perjamuan yg menggambarkan apa yg akan terjadi pada Jumat Agung yakni kematianNya. “Sebab itu setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang”. Ekaristi mempersatukan kita dengan wafat Tuhan (juga kebangkitanNya).

      Tapi sebelum Yesus memberikan tubuh dan darahNya (wafat), Ia membasuh kaki para rasulNya dan meminta supaya mereka juga melakukan hal yang sama. Berarti perjamuan Ekaristi menemukan maknanya tidak hanya di dalam persatuan dengan Tuhan tapi juga di dalam “komunio” kita satu sama lain. Kita tidak hanya menerima “komuni” tapi mau “berkomunio” di dalam pelayanan dengan sesama. Jika kita menerima tubuh dan darah Kristus, kita juga saling mengasihi dan melayani.

         Perayaan Kamis Putih, Jumat Agung dan Paskah ditempatkan dalam satu kesatuan untuk mengingatkan kita bahwa setiap kali kita merayakan perjamuan Ekaristi, kita merayakan wafat dan kebangkitanNya dan bagaimana kita menghidupi misteri Paskah itu dalam kehidupan sehari-hari.

      Idealnya, semakin kita berekaristi semakin kita siap dipecah-pecah dan dibagi-bagikan dalam pelayanan kasih satu sama lain seperti Kristus.

 

 

Rm. Yohanes Suratman, Pr