Kadang di tengah dunia yang makin sibuk dan kacau, kita lupa bahwa Tuhan tetap hadir—dalam kesunyian, dalam luka, dalam hati yang lelah. Salah satu sosok yang mengingatkan kita akan kasih Tuhan yang penuh belas kasih adalah Santa Faustina Kowalska. Bukan teolog besar, bukan tokoh publik.
Dia hanya seorang suster sederhana dari Polandia yang punya hati terbuka dan telinga yang peka terhadap suara Tuhan. Tapi dari kesederhanaannya, lahir salah satu devosi terbesar dalam Gereja Katolik yaitu Kerahiman Ilahi.

Siapa Santa Faustina Kowalska?

Santa Faustina lahir pada tahun 1905 di Polandia dengan nama asli Helena Kowalska. Ia berasal dari keluarga petani sederhana dan sejak kecil merasakan panggilan untuk hidup religius. Di usia 20-an, ia bergabung dengan Kongregasi Suster Bunda Allah dari Kerahiman. Di biara inilah, Faustina mulai mengalami penglihatan rohani. Yesus menampakkan diri dan memberikan pesan tentang Kerahiman Ilahi.
Catatan hidupnya terdokumentasi dalam buku harian yang sekarang dikenal dengan “Divine Mercy in My Soul”. Buku ini menjadi salah satu sumber devosi Kerahiman Ilahi dan berisi pengajaran langsung dari Yesus kepada Faustina.

 

Apa Itu Pesan Kerahiman Ilahi?

Yesus menyampaikan tiga inti pesan kepada Santa Faustina:
  • Kasih dan pengampunan Tuhan tak terbatas.
  • Kita dipanggil untuk percaya dan berbelas kasih.
  • Kita diminta untuk menyebarkan pesan ini kepada dunia.
Kita bisa melihat pesan ini secara nyata dalam doa Koronka Kerahiman Ilahi yang biasanya didoakan jam 3 sore—”Jam Kerahiman”, jam di mana Yesus wafat di salib. Devosi ini bukan sekadar ritual, tapi ajakan untuk menghidupi belas kasih dalam kehidupan sehari-hari.

 

Mengapa Pesan Ini Penting untuk Zaman Kita?

Zaman sekarang penuh luka: krisis mental, perang, konflik sosial, keputusasaan, dan rasa hampa yang sering tidak kelihatan dari luar. Banyak orang merasa tidak layak dikasihi, tidak pantas dimaafkan. Di sinilah pesan Faustina menjadi terang.
Kerahiman Ilahi mengingatkan bahwa tidak ada dosa yang lebih besar dari kasih Tuhan. Tidak ada luka yang tidak bisa disembuhkan oleh belas kasih-Nya. Ini bukan hanya ajaran, tapi harapan. Sebuah jawaban konkret untuk dunia yang sedang kehausan akan pengampunan dan pengharapan.

 

Devosi Kerahiman Ilahi: Lebih dari Sekadar Doa

Santa Faustina tidak hanya mengajarkan doa, tapi gaya hidup. Yesus mengajarkan kepadanya bahwa belas kasih harus diwujudkan dalam tiga bentuk:
  • Dalam tindakan – misalnya dengan membantu yang menderita.
  • Dalam perkataan – memberikan penghiburan dan penguatan.
  • Dalam doa – mendoakan dunia dan mereka yang paling membutuhkan.
Bagi kita hari ini, mungkin artinya adalah:
  • Memaafkan orang yang menyakiti kita.
  • Memberi waktu untuk teman yang sedang terpuruk.
  • Tidak ikut menyebar kebencian di media sosial.

 

Santa Faustina bukan hanya untuk para rohaniwan atau devosan. Ia adalah teladan bagi kita semua, bahwa bahkan dalam hidup biasa, kita bisa jadi saluran kasih Tuhan. Pesan Kerahiman Ilahi bukan nostalgia masa lalu, tapi panggilan nyata untuk zaman sekarang. Dunia kita butuh belas kasih, dan kita, seperti Faustina, bisa jadi pengantar-Nya.
Kalau kamu merasa artikel Keuskupan Purwokerto ini menguatkanmu, kamu bisa bagikan ke teman atau keluarga yang lagi merasa sendiri dalam perjuangan hidupnya. Kadang, satu kalimat bisa jadi pengingat bahwa mereka gak sendiri.