“Mengapa kamu mencari yang hidup di antara orang mati? Dia tidak ada lagi di sini. Dia sudah bangkit. Ingatlah akan perkataan yang telah disampaikanNya kepadamu: “Putra Manusia harus diserahkan ketangan orang berdosa, disalibkan dan bangkit pada hari ketiga”. Mereka pun tetingat kembali akan perkataan Yesus itu” (Luk 24, 1-12).

     

     Kematian Yesus di kayu salib sangat mengoncangkan para murid Yesus. Mereka sangat kehilangan dan menjadi begitu shock karena harapan yang begitu tinggi yg mereka letakkan pada Pribadi Yesus. Maka tidak mudah menumbuhkan kepercayaan bahwa Yesus itu bangkit dan hidup kembali. Hal itu butuh waktu dan proses yg cukup panjang.

     Gereja perdana yg telah meyakini peristiwa kebangkitan Yesus itu, merefleksikannya dalam bentuk tulisan-tulisan yg kita akan kita baca bersama dalam misa nanti malam. Ada 9 bacaan dan 2 dari bacaan itu dari Perjanjian Baru. Gereja mencoba menggambarkan karya besar Allah yg terus berlangsung terhadap ciptaanNya dan seluruh umat manusia. Dan petistiwa sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus itu menjadi puncak karya Allah bagi manusia. Allah terus berkaya menyelamatkan manusia dan tidak mungkin berhenti dalam kematian. Korban salib Yesus itu bukan kekalahan tapi kemenangan karena Dia mati demi keselamatan manusia. KematianNya tidak sia-sia karena memberi kehidupan yg baru. Itulah Paskah.

     Pengalaman paskah itu jg diungkapkan oleh Rasul Paulus dengan simbol baptis. Maka pd malam paskah jg dilaksanakan baptisan. “Semua yg dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematianNya… supaya seperti halnya Kristus telah dibangkitkan… demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru”. Jadi paskah berarti hidup secara baru di dalam Kristus. Dan hidup baru selalu membawa sukacita. Itulah sebabnya pujian “Alleluia” terus bergema dlm misa Paskah.

     Apakah hidup baru yg dijalani oleh para murid Kristus itu juga terjadi dalam diri kita? Lalu hidup baru macam apa yg sudah, sedang dan akan kita upayakan? Keputusan para baptisan baru untuk mengikuti Yesus dan meninggalkan cara hidup lama mereka, kiranya dapat menginspirasi dan memberikan energi baru bagi kita dalam menghayati misteri Paskah dalam kehidupan kita. Kita berkomitmen kembali untuk hidup dalam persaudaraan yg sehati dan sejiwa dengan umat separoki. Juga tetap mengupayakan persaudaraan yg berjangkauan luas dengan semua pihak. Itulah Paskah bagi kita.

 

Rm. Yohanes Suratman, Pr