Setelah selesai pembacaan dari hukum Taurat dan kitab nabi-nabi, pejabat-pejabat rumah ibadat bertanya kepada mereka, “Saudara-saudara, jikalau saudara ada pesan untuk membangun dan menghibur umat ini, Silakan!” (Kis 13: 13)

      Pasca Yesus wafat di salib, para murid mengalami situasi gegana (gelisah, galau, merana). Harapan mereka akan hadirnya seorang mesias yang adalah Raja bagi mereka kandas, melihat Yesus yang mati sia-sia di kayu salib. Namun, rupanya tidak bagi Rasul Paulus. Paulus yang telah mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus lewat peristiwa Damsyik, ia samasekali tidak gentar untuk berani berada di barisan depan mewartakan Injil. Ia berlayar menuju Pafos, Perga di Pamfilia, Anthiokia di Pisidia. Betapa semangat kemartiran tumbuh subur dalam diri Rasul Paulus. Hal itu ia tunjukkan dengan rasa solidernya untuk berani menghibur para murid yang lain di tengah jemaat yang sedang berada di rumah ibadat. Ia memberikan kata-kata penghiburan, sehingga segenap jemaat terkagum-kagum melihatnya. Tentu hal itu tidak lepas dari kuasa Allah yang merasuki semangat Paulus sebagai murid Kristus yang mengalami kebangkitan. 

     

      Bagaimanakah dengan ktia? Apakah sesudah merayakan Paskah, kita sungguh mengalami penghiburan? Apakah kita mengalami pengalaman sapaan pribadi yang berasal dari Allah? Rahmat penghiburan rohani (konsolasi) merupakan anugerah dari Allah yang perlu senantiasa kita mohon dari kemurahan-Nya. Ciri-cirinya adalah ketika kita menjalani hidup sehari-hari, kita mampu bertutur kata yang baik, tidak melukai, menyejukkan, dan menghibur tiap lawan bicara kita, itulah rahmat penghiburan rohani dari Allah sendiri yang bekerja. 

     

      Pernah ada suatu kisah, seorang boss yang setiap hari masuk kerja tidak pernah menyapa karyawan-karyawannya. Karyawan-karyawannya saja yang berusaha setiap hari menyapa bossnya. Hingga suatu hari, karyawan-karyawan itu bersepakat untuk tidak menyapa sama sekali boss mereka selama tiga hari berturut-turut. Singkat cerita, boss tadi merasa ada sesuatu yang kurang. Lalu, ia memanggil salah satu karyawannya, “Kenapa kamu tidak menyapa saya 3 hari ini?”. Jawab sang karyawan, “Hahaha..boss lupa ya?! Coba boss berapa kali menjawab sapaan kami?!”. Akhirnya sang Boss pun tertunduk. “Baiklah! Terimakasih sudah mengingatkan saya!”, tukas Sang Boss yang tersadar.

     

      Semoga kita pun berani hadir membawa kata-kata penyejuk yang bisa menghibur mereka yang gegana (gelisah, galau, dan merana)!

Dn. Fikalis Rendy Aktor