Pada suatu ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus, “Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah kutentukan bagi mereka”.

     “Dikhususkan” memiliki makna yang mendalam dalam tradisi Kristiani. Dikhususkan atau disucikan (to separate from) berarti dipisahkan dari segala sesuatu yang profan/berbau duniawi. Hal ini mengingatkan kita pada peristiwa pembaptisan. Setiap orang yang dibaptis dalam Gereja Katolik telah dikhususkan bagi anggota Gereja. Ia menerima hak waris sebagai anak-anak Allah, menjadi anggota Gereja yang resmi, dan dihapuskan dari dosa-dosa asal. 

     Undangan bagi Barnabas dan Saulus memuat tugas perutusan dari Roh Kudus yang menuntun. Mereka dikhususkan menjadi rasul-rasul untuk mewartakan Kabar Gembira Kristus yang telah sengsara, wafat, dan kini telah bangkit membawa keselamatan kepada seluruh bangsa, tanpa terkecuali. Mereka dikhususkan dalam terang Roh Kudus berkat baptisan yang mereka terima. Maka, betapa bersyukurnya kita sebagai orang-orang yang telah dibaptis dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Artinya, kita tidak hanya berhenti pada kekaguman akan makna pengkhususan berkat baptis, tetapi lebih dari itu kita juga diundang untuk menjadi utusan-utusan Allah yang suci, yang siap sedia menghadapi tantangan sebagai seorang utusan yakni mengalami penolakan, diacuhkan ataupun tidak dihormati. Meski demikian, Roh Allah tetap menyertai setiap orang yang telah dikhususkan bagi-Nya dengan wujud kesaksian hidup yang baik. Sebab, ke manapun orang yang sudah dibaptis, mau tidak mau, sadar tidak sadar, mereka tetap membawa nama Gereja, membawa tugas perutusan untuk bersaksi di tengah hidup masyarakat.

     Itulah tugas kita sebagai orang-orang yang telah “dikhususkan”. Hadir menjadi utusan-utusan yang membawa wajah Gereja di tengah dunia. Maukah kita?

Dn. Fikalis Rendy Aktor