“Jangan kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya melainkan untuk menggenapinya.”

   Bagi orang Yahudi, hukum Musa dan kitab para nabi merupakan perwahyuan dari Allah. Maka kitab-kitab itu amat dijunjung tinggi dan dijadikan pegangan hidup.

 

   Ketika orang Yahudi itu berubah menjadi pengikut Yesus, mereka menempatkan Yesus sebagai kegenapan hukum Musa dan para nabi. Artinya, hukum Musa dan para nabi itu memang masih tetap berlaku. Oleh karena itu kitab-kitab itu harus dilaksanakannya. Dan bagi orang-orang Kristen, Yesus itulah orang yang paling sempurna melaksanakannya. Maka ikutilah Yesus sebagai penggenapan kitab-kitab perwahyuan Allah. Karena Yesus sendiri adalah wahyu Allah. Ia adalah Firman Allah yang telah menjadi manusia.

 

        Pemahaman ini penting bagi umat kristiani khususnya katolik agar dapat menempatkan berbagai tradisi secara baik dan benar. Memang betul bahwa Yesus secara eksplisit tidak meniadakan tradisi Yahudi. Hal itu berarti tidak keliru bila tradisi masih tetap dipelihara. Namun haruslah dipahami juga bahwa tradisi itu dipelihara sejauh membuat orang semakin mengimani Yesus. Dengan kata lain, tradisi-tradisi yg dipelihara itu tidak bertentangan dengan iman dan moral kristiani yang berpusat kepada Yesus.

 

     Maka inti persoalannya adalah bukan pada tradisi ini boleh atau tidak dilaksanakan tapi apakah kita ini sudah semakin menyerupai Yesus? Sudahkah ibadah dan cara hidup kita itu membuat kita semakin mengimani Tuhan Yesus?

 

        Masa prapaskah adalah masa untuk semakin memahami dan menghayati misteri Kristus di dalam kehidupan kita sehari-hari. Kiranya Kristus semakin menjadi pusat hidup kita.

 

 RD. Yohanes Suratman