“Bukan karena perbuatan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghojat Allah dan karena Engkau menyamakan diriMu dengan Allah meskipun Engkau hanya seorang manusia”

     Para lawan Yesus mengakui bahwa seorang nabi dapat melakukan pekerjaan baik dan keajaiban tapi hal-hal yg baik itu tidak membuat nabi itu Allah. Dalam Injil hari ini dikisahkan tentang kemarahan orang-orang Yahudi terhadap Yesus karena Ia menghojat Allah dengan menyamakan diriNya Allah. Dan Yesus menanggapi kemarahan mereka dengan menjelaskan mengenai “tanda atau pekerjaan-Nya” yang Ia laksanakan.

     Tanda atau pekerjaan yg dibuat oleh Yesus dalam Injil Yohanes selalu untuk menunjukkan bahwa Yesus itu Allah dan bersama dengan Allah. Pekerjaan yg dilakukan oleh Yesus adalah juga karya BapaNya. Namun orang Yahudi tidak menangkap perwahyuan Yesus itu. “Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan BapaKu janganlah kamu percaya kepadaKu. Tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepadaKu, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti bahwa Bapa ada dalam Aku dan Aku dalam Bapa” (ay 37-38). Pernyataan Yesus inilah yg membuat mereka ingin melempari Yesus dengan batu karena menyamakan diriNya dengan Allah.

    Orang Yahudi ditantang untuk percaya kepada Yesus sebagai yang diutus oleh Allah, demikian juga kita. Apakah kita mampu melihat Yesus sebagai utusan Allah dalam karya-karyaNya dan terutama dalam kesengsaraanNya itu? Apakah kita masih tetap berani mengimani Yesus jika karena iman akan Yesus itu, kita diejek dan dimusuhi oleh sesama kita?

    Sikap iman kita terhadap Yesus, akan mempengaruhi penghayatan kita juga dalam merayakan Pekan Suci mendatang. Apakah kita akan menjadi umat yang merayakannya dengan sukacita dan penuh keterlibatan atau acuh tak acuh dan tak mau peduli?

Dari cara merayakannya, kerap kali tercerminlah penghayatan iman seseorang.

Rm. Yohanes Suratman, Pr